Minggu, 14 Agustus 2016

Punukan Merdeka!: Gebyar HUT RI ke-71 RW 01 Punukan

                  Dalam rangka memperingati hari ulang tahun kemerdekaan republik Indonesia yang ke-71, RW 01 Punukan menyelenggarakan berbagai macam agenda yang sangat menarik untuk diikuti. Rangkaian agenda tersebut dimulai dari tanggal 8 Agustus dan akan berakhir di tanggal 20 Agustus 2016, ditutup dengan malam pentas seni dan pembagian hadiah. Kegiatan ini dapat terselenggara berkat dukungan dari seluruh warga RW 01 Punukan, Karang Taruna Punukan dan KKN UNY 247D.

Mari ikuti dan ramaikan!

Semangat 45! Merdeka!

Sabtu, 30 Juli 2016

Bakiak: Permainan Tradisional yang Melegenda

           "Gantian, kowe kan uwis nganggo, aku durung, gantian to...." begitulah riuh anak-anak yang sedikit berebut dalam memainkan permainan tradisional bakiak. Mereka yang berjumlah 16 orang sangat antusias mengikuti permainan tradisional bakiak yang diadakan oleh salah satu rekan KKN, saudara Eka Nursusila yang notabene jurusannya adalah PGSD Penjas di halaman Masjid An Nur Punukan.

           Bakiak adalah salah satu permainan tradisional yang bahannya dibuat dari papan kayu panjang seperti seluncur es yang sudah dihaluskan (diamplas) dan diberi beberapa selop diatasnya, biasanya untuk 2-3 orang. Dari suatu sumber mengatakan bahwa istilah "Bakiak" bukan dari bahasa Jawa melainkan dari bahasa Tionghoa. Dulu para bangsawan wanita memakai alas kaki yang disebut Hok-kia kemudian dalam dialek menjadi Bak-kia.
Istilah bakiak bukan bahasa asal Jawa, tetapi adalah asal bahasa Tionghoa. Karena asal muasal bakiak adalah dari Tiongkok yang telah dipakai oleh bangsawan wanita sejak zaman Dinasti Han atau sebelumnya pada abad 2 Sebelum Masehi,

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/anthonytjio/bakiak-asal-dari-mana_54f763eaa33311e3348b47b4
Istilah bakiak bukan bahasa asal Jawa, tetapi adalah asal bahasa Tionghoa. Karena asal muasal bakiak adalah dari Tiongkok yang telah dipakai oleh bangsawan wanita sejak zaman Dinasti Han atau sebelumnya pada abad 2 Sebelum Masehi,

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/anthonytjio/bakiak-asal-dari-mana_54f763eaa33311e3348b47b4
Istilah bakiak bukan bahasa asal Jawa, tetapi adalah asal bahasa Tionghoa. Karena asal muasal bakiak adalah dari Tiongkok yang telah dipakai oleh bangsawan wanita sejak zaman Dinasti Han atau sebelumnya pada abad 2 Sebelum Masehi,

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/anthonytjio/bakiak-asal-dari-mana_54f763eaa33311e3348b47b4
Istilah bakiak bukan bahasa asal Jawa, tetapi adalah asal bahasa Tionghoa.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/anthonytjio/bakiak-asal-dari-mana_54f763eaa33311e3348b47b4
          Memainkan bakiak biasanya secara berkelompok atau tim, masing-masing tim berlomba untuk sampai ke finish. Permainan ini menguji ketangkasan, kepemimpinan, kerja sama, kreatifitas, wawasan serta kejujuran.

         Meskipun saat ini teknologi sudah canggih, banyak game yang dapat dimainkan di komputer atau gadget, permainan tradisonal masih tetap diminati. Sayangnya karena terkendala peralatan, permainan ini jarang dimainkan.

          "Ini adalah upaya kami untuk melestarikan budaya asli Indonesia yang kaya akan makna". (sur)

Jumat, 29 Juli 2016

Punukan: Kota Nuansa Pedesaan


         Mentari pagi bersinar di ufuk timur, menyinari area persawahan yang hijau. Embun-embun mahligai diatas rerumputan, bersinar bak mutiara. Pemandangan menakjubkan diarea persawahan RT 02, RW 01 Punukan. “Kota nuansa pedesaan”, begitulah ujar Bapak Ngatijan, tetangga kami yang sangat baik. Rumahnya di dekat posko KKN kami.


       Wilayah Punukan berada sekitar 1 km kearah Barat dari Alun-alun Wates. RW 01 Punukan ini terdiri dari 4 RT dengan total luas wilayah sekitar 64 hektar. Ketua RW 01 Punukan adalah Bapak Jemiran, ketua RT 01 Bapak Suprapto, Ketua RT 2 Bapak Hermanto, Ketua RT 3 Moh. Malikudin dan Ketua RT 4 Bapak Suprihatin Sumarjo, S. Pd. Jumlah KK di RW 01 Punukan adalah 180 KK dengan mata pencaharian penduduknya yang beragam. (sur)

Perjuangan Menembus Keterbatasan: PAUD Sembadra



          PAUD Sembodro berada di RW 01 Punukan, Kelurahan Wates, Kec. Wates, Kab. Kulon Progo. PAUD ini sebelumnya bertempat di teras rumah Bapak Jemiran selaku Bapak RW 01 Punukan. Namun karena proses pembelajaran tidak dapat berjalan secara maksimal akhirnya PAUD dipindahkan ke bangunan PAUD sederhana yang berasal dari swadaya masyarakat yang terkadang sewaktu hujan deras kebanjiran.

         “Kami berjuang keras dalam mendirikan PAUD ini mas, terutama dalam hal pendanaan, kami tidak berani memungut biaya SPP yang tinggi ke orang tua karena mayoritas orang tua murid adalah keluarga yang kurang mampu. Untuk dana kami meminta donator dengan door to door”, penjelasan dari bu Endang selaku pengelola PAUD.

          “Untuk pengajar PAUD hanya dua orang, kami pun disini juga keikhlasan kami, meskipun mungkin hanya bisa untuk “beli sabun”, karena sebenarnya kami merasa kasihan mas, karena murid kami yang disini ada yang berasal dari keluarga broken home, mereka adalah anak yang kurang kasih sayang dari orang tuanya”, ujar bu Par selaku pengajar PAUD.

            Meskipun dengan bangunan yang sederhana dan juga tenaga pengajar yang dibayar secara sukarela, PAUD ini tetap berjalan baik dengan murid sejumlah 15 anak. Anak-anak tetap antusias mengikuti kegiatan PAUD. “Kami sangat berharap uluran dari berbagai pihak”. (sur)